Rabu, 17 November 2010

SATUAN KARYA (PRAMUKA)

Satuan Karya Pramuka (Saka) adalah wadah pendidikan guna menyalurkan minat, mengembangkan bakat dan pengalaman para pramuka dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Satuan Karya diperuntukkan bagi para Pramuka Penggalang Terap, Pramuka Penegak dan Pandega, dan para pemuda usia 14-25 tahun dengan syarat khusus. Setiap Saka memiliki beberapa krida, dimana setiap Krida mengkususkan pada sub bidang ilmu tertentu yang dipelajari dalam Satuan karya tersebut. Setiap Krida memiliki SKK untuk TKK Khusus saka yang dapat diperoleh Pramuka yang bergabung dengan Krida tertentu di sebuah Saka.
Satuan Karya Pramuka juga memiliki kegiatan khusus yang disebut Perkemahan Bhakti Satuan Karya Pramuka (PERTISAKA) yang dilaksanakan oleh tiap-tiap saka dan kegiatan yang dilaksanakan secara bersama-sama lebih dari satu saka yang disebut perkemahan antar saka (PERAN SAKA) dimana dimungkinkan tiap saka mentranfer bidang keilmuan masing-masing. Bagian terkecil dari saka disebut krida,
Satuan Karya Pramuka yang dulu ada 7, pada saat ini satu lagi satuan karya pramuka yang dibentuk adalah satuan karya pramuka Wira Kartika yang merupakan hasil kerja sama Kwartir Nasional Gerakan Pramuka dengan Mabes TNI Angkatan Darat, sehingga satuan karya pramuka pada saat ini ada 8.

Selasa, 16 November 2010

Kisah gadis pandu di masa perang


TEMPO Interaktif, Menggunakan selimut putih, Anna, 17 tahun, menyembunyikan seluruh tubuhnya di atas salju yang tengah menutupi tanah Warsawa, Polandia, pada 1939. Cara ini ditempuh gadis muda itu agar bisa melewati tiga garis depan peperangan demi bertemu dengan ayahnya. 

Sang ayah melarikan diri dari Polandia pada 1939, saat negara itu berusaha mempertahankan diri dari pendudukan Nazi. Saat itu Anna, ibu dan saudara perempuannya, masih tinggal di Polandia. Ketika mendengar kabar sang ayah sakit, pihak keluarga meminta Anna menemui ayahnya. 

Anna dipercaya bisa menembus garis depan perang karena sehari-hari bekerja sebagai gadis pandu. Dan memang dengan keahliannya sebagai pandu, Anna akhirnya berhasil melewati garis depan ketiga yang dekat dengan penjagaan tentara Jerman untuk menemui sang ayah. “Saya dapat mendengar mereka (tentara Jerman) bernapas. Jika saya tidak mendapat pelajaran di pandu sebagai penguntit, saya tak akan pernah sampai ke sana,” ujarnya, mengenang.